Dunia Facebook: jempolers dan Jempolholic

Dulu saya merasa kikuk saat
melihat status seorang teman
dijempoli banyak sekali. Seratus
like this untuk sebuah status
saya rasa berlebihan, apalagi si
pembuat status bukan artis terkenal atau atlet, melainkan
hanya rakyat jelata seperti
kita-kita ini. Selidik punya selidik, jempol yang
membanjiri statusnya itu
ternyata memang tidak didapat
secara alami karena memang
statusnya bagus, dan tidak pula
menggunakan cara curang semacam cheat. Statusnya
berlimpah like this karena dia
dipasok jempol oleh para
pengguna yang berlabel
jempolers dan jempolholic. Buat
anda yang belum tahu, mari saya beri tahu. Buat anda yang sudah
tahu, tolong jangan sok tahu.
Hehe. Sharing-sharing aja nih ya… Jempolers adalah sebutan bagi
mereka yang selalu memberi like
this pada status temannya.
Istilahnya, kamu jempoli, aku
balas. Jempolers ini senang
menjempoli apa saja yang dihinggapi ikon ‘ like’ seperti status, foto, tautan, dsb. Tidak
ada pengesahan khusus agar
jadi seorang jempolers. Asalkan
memang senang memberi like
this, dan senang saat statusnya
dijempoli, maka sudah bisa disebut jempolers. Jempolholic sedikit lebih spesifik
pengertiannya. Mungkin bisa
dikatakan gila atau maniak like
this. Mereka memiliki akun
facebook sudah bukan untuk
berbalas komentar atau narsis- narsisan foto, tapi sepenuhnya
memburu jempol. Ciri yang jelas
pada jempolholic adalah: Statusnya dijempoli lebih dari
500 orang
Jarang update status, paling
seminggu sekali
Tidak ada wall di profilnya
Selalu hadir di status anda Sering berkomentar dengan
gambar jempol raksasa
Kadang namanya memakai
karakter aneh atau memakai
kata ‘ Jempolholic’ sebagai nama belakang. Mereka yang mengikrarkan
dirinya sebagai jempolholic
sesungguhnya sudah melupakan
esensi berteman di dunia maya.
Apa saja dilike-this, sekalinya dia
mengunjungi profil anda, siap- siap saja berita pemberitahuan
akan penuh oleh jempol-
jempolnya. Saya sering menduga,
para jempolholic adalah operator
warnet karena siang malam
mereka selalu online. Ada teman saya yang seorang
jempolholic, sampai sebulan tidak
update status, demi mencapai
angka 2.000 jempol di statusnya.
Segala upaya dia lakukan. Mulai
dari sebisa mungkin hadir di berita pemberitahuan, beranda,
dan sebagainya. Dia juga
mengajak chating orang yang
kebetulan online, dia kirim pesan,
bahkan settingan privasi untuk
status diubahnyaagar bisa dilihat semua orang. Setelah dua
minggu mengemis jempol,
akhirnya target terpenuhi.
Entahlah, mungkin bagi yang
bersangkutan, terdapat
kepuasan tersendiri. Ada juga teman saya yang
ketika berulang tahun, dia
membuat satu status khusus
yang isinya meminta satu jempol
dan satu komentar sebagai
ucapan selamat. Saya tahu tujuan dia melakukan hal
tersebut untuk memenuhi pundi-
pundi jempolnya. Tapi yang edan,
dia terus-terusan berulang
tahun selama seminggu penuh.
Melihat hal tersebut, saya hanya bisa geleng-geleng. Seberharga
itukah sebuah jempol? Jika anda membuka akun saya,
Cemie Lee, sedikitnya jempol
yang hadir di tiap status sekitar
300. Tapi saya menolak disebut
jempolholic. Mungkin saya sering
memberi like this pada setiap teman, tapi itu saya lakukan
karena saya memang suka pada
isi status tersebut, bukan
karena kewajiban. Tentu saya
tidak sekonyol itu untuk online
siang malam demi mengumpulkan jempol. Sejak awal, niat saya
membuka facebook adalah
sebagai ajang posting catatan
serta mencari pacar. Saya pun
tidak pernah mengemis-ngemis
untuk meminta jempol. Ada atau tidak ada jempol, tidak masalah.
Tapi entah mengapa selalu
banyak yang member like this.
Mungkin sekadar membalas, atau
memang apa yang saya posting
memiliki kualitas. Nah buat anda yang ingin
statusnya diramaikan oleh
banyak like this, gabung saja
grup macam Jempoler’ s Mania atau Komunitas Like This. Add
sebanyak-banyaknya, beri
jempol jangan lupa. Tapi perlu
diingat, tidak semua dari mereka
benar-benar ingin berteman. Jika
beberapa kali anda alpa hadir di status mereka, bisa saja anda
dihapus sebagai teman.

0 Response to "Dunia Facebook: jempolers dan Jempolholic"

.

Total Pageviews

Chat

langganan

Untuk berlangganan artikel, masukan email anda: amal agama