Ketika Lapang dan Sempit!

ketika seseorang diposisikan Allah dalam keadaan qabd (sempit),ia
ingin segera hijrah ke posisi bast (lapang).Betapapun besar keinginan
orang itu,jika takdir ilahi belum saatnya,ia akan tetap berada dalam
kesempitan. Makin ia meronta untuk memenuhi keinginannya,ia makin
merasakan "kesakitan" yang luar biasa. Bagaimana mungkin di waktu
malam yang pekat seseorang berusaha mencari secercah sinar matahari.
Syekh Atha'illah Asy-syakandari dalam kitab hikam menerangkan bahwa
dalam keadaan qabd seperti itu,seseorang hendaknya menenangkan diri
dan bersabar menunggu datangnya fajar.Dikegelapan malam, janganlah
berharap mencari terangnya matahari,tetapi hendaknya menikmati keadaan
malam yang sesungguhnya tidak kalah dengan siang. Rasulullah saw.
bersabda bahwa syukur dan sabar itu separuh ibadah. Artinya,jika
seseorang sudah menerapkan syukur dan sabar dalam kehidupan sehari
hari,sempurnalah ibadahnya. Jadi,keadaan bast adalah pengejawantahan
dari syukur, sedangkan qabd identik dengan kesabaran. Allah juga
menempatkan para nabi dan rasulnya kedalam posisi bast dan qabd. Nabi
Sulaiman a.s. yang telah dikaruniai beragam keistimewaan dan
kelebihan,juga mengajari bagaimana cara bersyukur yang baik. Kaum
muslimin pun banyak yang meniru dan menginginkan agar mendapatkan
karunia seperti beliau. Kaum muslimin merasa enggan mengikuti Nabi
Muhammad saw. yang berdoa, "ya Allah hidupkanlah aku sebagai seorang
miskin,matikanlah aku sebagai seorang miskin, dan bangkitkanlah aku
kelak dalam kelompok orang-oranj miskin" (shahih al-jami'
ash-shaghir). Miskin dalam hadist di atas bukan dimaksudkan seorang
fakir yang sangat membutuhkan bantuan orang lain, sebab rasulullah
telah berlindung kepada Allah dari kekafiran dan kefakiran. Disamping
itu, Allah memang menunjukkan karunia-Nya kepada Nabi Saw.dengan
memberinya ghina (kecukupan atau kekayaan) dalam QS Adh-Dhuha "Dan Dia
(Allah) mendapati engkau dalam keadaan serba kekurangan maka
diberi-Nya engkau ghina." Miskin yang dimaksud, menurut Dr. Yusuf
Qardhawi, adalah sikap tawadhu dan rendah hati. Ibn Al-Atsir berkata
yang dimaksud adalah tawadhu dan kekhusyuan hati agar ia tidak
tergolong dalam kaum tiran yang angkuh. Rasulullah menjalani hidupnya
sehari hari sangat jauh dari cara hidup orang orang takabur,termasuk
dalam sikap dan bentuk lahiriahnya. Nabi Muhammad pun duduk bersama
para sahabat, orang-orang miskin, dan para budak sekalipun. Bahkan,
adakalanya seorang asing datang dan tidak mengenali beliau di antara
para sahabatnya dan orang orang miskin. Bukankah orang-orang miskin
itu tidak banyak dihisab oleh Allah di akhirat kelak?

0 Response to "Ketika Lapang dan Sempit!"

.

Total Pageviews

Chat

langganan

Untuk berlangganan artikel, masukan email anda: amal agama